inspirasi ukhti blog

Rizki Hamdani, Memandirikan Santri dengan Kelompok Santri Tani Milenial

Posting Komentar

Jika ditanya, profesi apa yang ingin tekuni anak muda saat ini tentu jawabannya bukan petani. Mengapa demikian? Padahal jika menilik lebih jauh profesi ini penting sekali demi menjaga ketahanan pangan nasional. Tidak itu saja, luas tanah di Indonesia sangat memungkinkan untuk bertani dibanding negara lain yang memiliki lahan lebih sempit 

Alasan Generasi Muda Enggan Bertani 

Tentu bukan tanpa alasan anak muda sekarang menghindar menjadi petani. Ada beberapa alasan generasi muda enggan bertani antara lain: 

Tidak ada pengembangan karir 

Saat bekerja di sawah tentu tidak ada jenjang karir yang bisa dikejar. Jika tidak mau belajar dan bekerja keras tentu selamanya akan menjadi petani yang mengolah sawahnya saja dengan hasil seadanya. Sebaliknya, jika bekerja di pabrik atau instansi pemerintahnya ada jenjang karirnya. Semakin lama bekerja apalagi dibarengi skill mumpuni membuat karir cepat melesat tinggi. Tentu saja, jika karir naik, keesejahteraan pun juga meningkat. 

Penuh risiko 

Kata orang tuaku yang kebetulan petani, hasil pertanian itu bisa dikatakan sebagai tebak- tebakkan. Tidak pasti bahkan kebanyakan cenderung merugi. Dengan modal yang dikeluarkan besar untuk mengolah pertanian hasilnya pun tidak tentu demikian. Bisa jadi sebaliknya karena tanaman terkena hawa hingga cuaca yang menyebabkan lahan pertanian rusak. 

Pendapatan kecil 

Sebagian besar generasi muda lebih memilih bekerja di pabrik atau tempat lainnya. Mereka tidak memerlukan modal, hanya perlu pulang pergi kerja saja dan tiap bulan mendapatkan gaji yang pasti. Berbeda dengan petani, hasil panen yang didapatkan masih harus dikurangi dengan modal serta biaya pengelolaan lainnya sehingga pendapatannya pun kecil 

Tidak dihargai

Sebagian masyarakat masih menganggap kerja berseragam lebih baik dari pada bergelut lumpur mengelola lahan pertanian. Itulah mengapa kaum muda lebih memilih berprofesi lain dari pada menjadi petani

Dari berbagai alasan tersebut tidak mengherankan jika menurut survei, hanya sekitar 29% lahan pertanian yang dikelola anak muda. Sisanya sekitar 71% kebanyakan petani sudah berusia 45 tahun lebih dan tidak memiliki pengalaman lain, sehingga mau tidak mau menjadi petani.

Dari data tersebut, saya mengamini kebenarannya. Di desa saya saja, setelah lulus sekolah mereka lebih memilih bekerja di pabrik. Bahkan lahan pertanian pun banyak yang dijual dan digunakan untuk berdirinya pabrik.

Fenomena demikian hampir terjadi di semua daerah. Tidak jauh beda dengan tempat saja di Tuban, di Jombang pun demikian. Kondisi tersebut pun mendorong Rizki Hamdani untuk melakukan sesuatu yaitu dengan mendirikan Kelompok Santri Tani Milenial 

Perjalanan Rizki Hamdani dengan Kelompok Santri Tani Milenial (KSTM)

Perjalanan panjang Rizki mengembangkan santri tani milenial tidak mudah. Pria yang sebenarnya bukan asli Jombang ini ingin berkontribusi menyelesaikan persoalan yang ada di Jombang. Setelah melakukan survei sederhana ia, menemukan yang paling urgent saat itu yaitu tidak adanya regenerasi petani serta banyak lahan tidak produktif.

Kenyataan tersebut tentu saja membuat alumnus Gizi UIN Syarif Hidayatullah ini sangat miris mengingat Indonesia merupakan negara agraris dengan lahan yang luas dan subur juga di dukung 2 musim yaitu penghujan dan kemarau.

Dari situ Rizki pun berpikir bagaimana cara agar permasalahan tersebut terpecahkan. Ia pun memiliki ide untuk merealisasikan idenya dengan pendekatan antropologis yaitu mendekati pondok pesantren salaf yang banyak terdapat di Jombang.

Memilih Ponpes Salaf untuk Program KSTM

Ada beberapa alasan mengapa pesantren salaf yang ia pilih, karena : 
  1. Santri salaf sangat menghormati perkataan kyai. Jika kyai menyarankan untuk menekuni menjadi petani maka ia akan melaksanakan. Terlebih di pesantren salaf ini pada umumnya tidak dibekali pendidikan formal hanya skill saja seperti bertani dan beternak sehingga sesuai dengan program Kelompok Santri Tani Milenial yang iaa gagas.
  2. Sebagai kota santri, Jombang memiliki banyak pesantren salaf jadi program ini nantinya bisa menjangkau banyak pondok pesantren 
Salah satu pondok pesantren yang sudah berhasil kerjasama dengan Rizki yaitu Ponpes Fathul Ulum pimpinan Kyai Amin. Disini para santri didampingi secara langsung dalam melaksanakan Integrated Farming System (Sistem Pertanian Terpadu) dimana memadukan antara pertanian, perikanan dan peternakan. 

Bagi santri yang tertarik program IFS ini bisa langsung mendaftar ke ponpesnya. Jika programnya disetujui maka akan diberikan dana dan bimbingan dalam melaksanakan pertanian terpadu ini. Setelah panen, santri membagi hasil panennya untuk infaq dan investor yang memodalinya serta tabungan pribadi sang santri. Sebaliknya, jika merugi maka santri tidak perlu mengembalikan modal yang digunakan.

Berawal dari Ponpes Fathul Ulum kini Program KSTM sudh menyentuh 800 lebih satripreneur dan pesantrenpreneur yang tidak hanya membuat pondok pesantren menjadi mandiri, namun pertaniaan terpadu juga mengurangi sampah atau zero waste. 

Pantaslah jika dengan segala perjuangan dan keberhasilan dari manfaat KSTM ini jika Rizki Hamdani menjadi sallah satu penerima Satu Indonesia Award dari Astra Indonesia..
Anis Khoir
Seorang content creator yang juga Mom Blogger Tuban. Bisa dihubungi di achmianisa@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar