inspirasi ukhti blog

Pentingnya Menjaga Kewarasan

Posting Komentar
menjaga kewarasan

Bisa dibilang, postingan kali ini adalah sebuah curhat. Keterkejutan dan benar-benar tidak menyangka jika kesehatan mental memang harus dijaga. Kalau tidak diri sendiri lalu siapa lagi. Suami? Keluarga? Justru kadang orang terdekatlah yang membuat seseorang "sakit jiwa"

Dari Sini Semua Berawal

Dimulai dari keramaian mama-mama PAUD tempat si kecil sekolah dimana salah satu sang mama mendapatkan musibah. Tepatnya jatuh karena ada ODGJ wanita menarik kerudungnya saat mengendarai motor. Bisa dipastikan, bagian tubuhnya mengalami luka-luka.

Kedua, saat berangkat mengajar banyak ibu-ibu di pinggir jalan memperingatkan saya untuk menghindari jalan tersebut karena sang ODGJ berada di disitu. Saya pun segera putar balik dan mencari jalan lain yang jaraknya cukup jauh. Ternyata kisah ODGJ tersebut sudah menyebar di sekolah tempat saya mengajar karena dua siswa saya juga menjadi korban tarikan. 

Akibatnya, beberapa kancing baju lepas (tapi untung bajunya masih menutup aurat). Dan sorenya, jalan depan rumah saya pun ramai karena sang ODGJ lewat menuju rumah saudaranya. Otomatis, kami yang mendengar kabar kehebohan yang dilakukan sedari pagi memilih menghindar dengan menutup pintu rumah masing-masing sambil terus memantau keadaan.

Syukurnya, kejadian suasana aman terkendali. Meskipun awalnya ada kekhawatiran karena si Mbak tersebut menuju tempat anak desa kami mengaji. Hal itu tidak lepas dari saudaranya seorang wanita berumur yang menggandeng dan mengantarnya pulang ke desa sebelah. Disini tidak ada pemberontakan, mungkin si Mbak ODGJ ini nyaman dan tidak merasa terancam sehingga tidak melakukan perlawanan.

Bahasan ODGJ pun ternyata berlanjut di grup WA wali murid di sekolah anak pertama saya. Awalnya saya hanya menyimak saja karena merasa tidak mengenalnya secara pribadi. Saya sendiri bukan warga asli sini alias pendatang. Berdomisili di desa tersebut karena ikut suami. Jadi, tidak banyak yang saya kenal kecuali berinteraksi secara langsung.

Di grup ini saya baru sadar kalau mengenal si Mbak secara langsung, hanya saya tidak "Ngeh" kalau ternyata Mbak tersebut. Anak beliau dulu kakak kelas anak saya yang pertama sewaktu TK. Dalam pandangan saya dulu, beliau itu beruntung sekali. Punya anak perempuan terpintar di angkatannya, si ibuk ini juga cantik dan barang yang dipakai pun hampir semua bermerek. Dan, perhiasaan pun tak kalah banyak. Maklum bagi orang desa, perhiasan adalah simbol kekayaan.

Terus apa yang salah sehingga si Mbak ini kini mengalami gangguan jiwa? Dan dari kabar yang saya dapatkan, bukan sekali dua kali kambuh serta membahayakan orang lain? Ternyata yang redflag adalah si suami.

Katanya si suami ini tidak mengijinkan si istri bersosialisasi. Bahkan ke rumah orang tuanya pun dilarang dan sering melakukan kekerasan. Dia akan bertambah parah saat si suami meminta haknya sebagai suami istri.

Saya pun kembali ingat curhatan sang Mbak tersebut sekitar 5 tahun lalu. Di curhatan status facebook ia mengungkapkan mengalami kesakitan yang parah karena si suami menginginkan "bersama" sebelum luka bekas melahirkan sembuh. Di situ si Mbak juga menyumpahi suami dengan berbagai kata-kata kasar. Pandangan kami dulu, kenapa ia mengumbar aib keluarga. Kini saya baru menyadari, dulu ia berada di titik butuh pelukan dan perhatian. Tapi kebanyakan dari kita menganggap "lebai" bahkan mengumbar aib rumah tangga.

Terus Bagaiman?

Sebenarnya saya mengungkap cerita ini bukan ingin mengumbar aib orang. Toh, tidak akan tahu siapa yang saya bicarakan kecuali kenal saya secara personal dan tinggal di sekitar desa saya. Melalui cerita ini saya hanya ingin mengambil hikmah:

Sebagai diri sendiri

  1. Kalau sudah tidak kuat, lebih baik melepaskan diri dari suami toxid. Menurut pandangan saya, suami memang pemimpin rumah tangga. Bahkan wajib ditaati selama tidak mengajak dalam kemungkaran. Namun ketika ia telah menyakiti baik secara fisik maupun mental maka jalan terbaik adalah melepaskan.
  2. Cari kewarasan diri. Yang bisa mengukur seberapa kuat seseorang adalah dirinya sendiri. Maka, sudah terluka maka cari sendiri obatnya. Bahkan jika perlu konsultasi ke ahlinya. Toh sekarang ke psikiater pun bisa dengan BPJS. Jadi, jaga kewarasan diri.

Keluarga

  1. Rangkul, jika ada anggota yang menunjukkan depresi bahkan harus berani tegas memisahkan dari sang suami (jika si suami penyebabnya)
  2. Jangan malu sama pandangan orang yang terpenting keluarga dapat sehat kembali
Rasanya, saya masih tidak percaya dengan apa yang dialami si Mbak. Tapi apa pun itu, ambil hikmahnya saja.

Anis Khoir
Seorang content creator yang juga Mom Blogger Tuban. Bisa dihubungi di achmianisa@gmail.com
Terbaru Lebih lama

Related Posts

Posting Komentar