Kali ini mataku nyalang lama di story Instagram teman saat di bangku putih abu-abu. Ada rasa campur aduk di dada ini. Antara senang, bangga hingga iri atas pencapaiannya. Iri? Bukankah kita diijinkan iri atas amal kebaikan seseorang?
Tidak menyangka saja, dia yang selalu datang terlambat, dia yang dulu tomboy kini berhijrah dan berada di tanah haram untuk berhaji. Perasaan ini juga yang sama yang ku rasakan beberapa tahun silam saat ia umrah.
Masyallah, entah amalan apa yang ia lakukan. Begitu cepat bahkan bisa kembali ke haramain lagi.
Sebagai orang yang iman masih timbul tenggelam sepertiku, rasanya kadang tidak mungkin bisa ke tanah suci.
Selain biaya, apakah pantas aku untuk menginjak ke tanah suci. Kesana betul- betul menjalankan ibadah serta menggenapkan rukun Islam ke-5? Rasanya sulit.
Terlebih dengan biaya. Kami yang masih harus dikejar cicilan ini itu. Persiapan pendidikan anak, belum lagi keluarga yang kurang mendukung.
Tapi saat hati ini merasa kecil untuk bisa kesana, sentilan pun langsung datang.
Bukankah Allah Maha Kaya dan Maha Kuasa? Sangat mudah untuk bisa mengantarkan hamba-Nya menemui-nya di baitullah.
Ah, lagi-lagi aku memang kurang iman dan kurang yakin akan kuasa-Nya. Setidaknya yang terpenting meminta pada-Nya dengan tulus. Selanjutnya wujudkan dengan tindakan.
Entah, bagaimana caranya Allah SWT akan membuat saya sampai di sana.
Kalau memang Ia mentakdirkan kita bersujud di depan ka’bah maka dengan mudah ia akan melakukannya. Namun jika tidak, setidaknya dengan usaha serta doa di yaumul hisab nanti ada pahala haji atau umrah untuk kita
Hadiah Haji Untuk Almarhummah
Kisah pertama ini tentang seseorang yang luar biasa bagiku. Sejak kecil ia terkenal banyak teman dan mudah bergaul. Saking banyak temannya serta loyal dengan temannya, ia termasuk boros dengan uang yang ia dapatkan.
Ia pun selalu mengatakan, ah nanti juga dapat lagi. Setelah menikah, ia dan sang suami pun sudah mendaftarkan diri untuk berhaji regular. Sudah dipastikan, menurut jadwal keberangkatan ia akan berangkat sekitar 20 tahun mendatang.
Namun itu semua hanya sekedar rencana manusia. Allah sang pemilik kehidupan punya kehendak lain. Di usia pernikahan yang yang ketiga ia dipanggil yang punya. Ternyata Sang pemilik hidup lebih mencintainya.
Tidak berselang lama, setelah meninggalnya suaminya pun mendaftarkan haji yaitu haji qodho. Meskipun ia tidak sampai di tanah suci tapi insyallah pahala haji ia dapatkan.
Umroh Untuk Sang Kakek dan Nenek
Saya mengenal keluarga satu ini karena memiliki putra putri yang cerdas. Sayang karena keterbatasan ekonomi keluarga dan sang bapak yang sakit-sakitan anak-anaknya hanya bisa sekolah seadanya. Tapi siapa tahu dengan kekuatan bisa mengubah segalanya. Sebagai orang tua pasti mendoakan sang anak, tapi mendoakan anak keturunannya itu yang masih jarang. Inilah rahasia kisah menarik yang saya ceritakan berikut ini.
Siapa menyangka di masa tuanya, sang ibu akan mendapat hadiah umrah dari cucunya. Meskipun badal umrah namun sebuah hadiah yang luar biasa yang tidak pernah satu pun terpikir olehnya. Sebagai muslim tentu ingin datang ke baitullah, namun karena sebuah fakta keterbatasan tentu lebih realitis untuk tidak sama sekali berharap. Itulah yang dilakukan oleh si ibu.
Dari kekuatan doa itulah, cucu keluarga tersebut bisa dibilang "sukses". Ada yang sebagai dosen, dokter, guru dan hampir semua penghafal alquran. Sang bapak yang dua puluh lima tahun lalu sudah tiada pun juga mendapatkan badal umrah dari sang cucu yang kuliah di Al Azhar Mesir
Seandainya sang bapak bisa berbicara di alam sana, tentu tidak menyangka akan mendapatkan anak keturunan yang insyallah sholeh dan sukses dunia akhirat tersebut. Yang saya ingat dari beliau, saat berdoa jangan hanya minta anak yang sholeh/sholehah saja tetapi anak dan keturunannya juga.
Terbukti, hadiah untuk beliau bukan berasal dari sang anak, tetapi dari cucunya yang bisa jadi merupakan buah doa yang beliau ucapkan
Posting Komentar
Posting Komentar